Kamis, 07 Januari 2010

Cadangan BBM Menipis, Pemerintah Kembangkan Biofuel 2010


Cadangan BBM Menipis, Pemerintah Kembangkan Biofuel 2010

Medan (SIB)
Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi, R. Sukhyar mengungkapkan,dengan semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak di dunia khususnya di Indonesia, pemerintah akan melaksanakan pengebangan biofuel pada 2010.
Hal tersebut diungkapkannya dalam Sosialisasi Strategi Pembangunan Energi dan Sumber Daya Mineral Dalam Kerangka Kebijakan Ekonomi Nasional di Hotel Garuda, Medan, kemarin.
Dia menambahkan dengan pengembangan tersebut akan tercipta lapangan kerja berkisar 3,5 juta orang, peningkatan pendapatan 3,5 juta pekerja minimal sama dengan UMR (Upah Minimum Regional), pengembangan tanaman BBN (bahan bakar nabati).
“Selain itu adalah pengurangan pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak) nasional minimal 10 persen, terciptanya 1000 desa mandiri energi, pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tersedianya ekspor BBN serta memaksimumkan peran dunia usaha dan partisipasi masyarakat,� ujarnya.
Dia menambahkan adalah bahan bakar BBN tersebut seperti tebu, singkong, sawit dan jarak pagar yang dapat ditanam oleh masyarakat di manapun berada.
“Walaupun saat ini, implementasi pengembangan biofuel telah dilaksanakan seperti telah dipasarkan melalui 210 SPBU Pertamina di Jakarta dan 12 SPBU Pertamina di Surabaya dan pengembangan atau kebijakan nasional akan dilakukan pada 2010,� ujarnya.
Dirinya mengakui, perkembangan Bioethanol dengan merk dagang Bio-Premium telah dipasarkan melalui 1 SPBU Pertamina di Malang dan dimulai pada Akhir 2006 Bio-Pertamax telah dipasarkan melalui 1 SPBU di Jakarta.
Sedangkan pemakaian di industri, tambahnya, seperti Pure Plantation Oil telah digunakan oleh PLN untuk pembangkit listrik di Lampung (11 MW), Nusa Penida (1,5 MW), dll. “Saya berharap dengan sosialisasi ini nantinya pengembangan BBN agar terlaksana pada 2010,� katanya.
Saat ini, lanjut dia, Indonesia telah memproduksi Bioethanol mencapai 2 juta s/d 2,7 juta kl per tahun dengan luas lahan sekitar 1,1 juta hektar. Dimana Salim Group di Sumatera Selatan memproduksi sekitar 70.000 kl per tahun dengan luas tanaman 70.000 hektar, Medco Lampung di Jawa Barat, Kalimantan berkisar 270.000 kl per tahun dengan lahan 50.000 hektar.
“Sedangkan EN3 Korea di Sulawesi dengan memproduksi sekitar 180.000 kl per tahun dengan lahan 45.000 hektar, Angel Product di Sulawesi Tenggara berkisar 10.000 Kl per tahun dengan lahan 8.000 hektar dan beberapa industri lainnya dengan total 12 industri pengembang Bioethanol,� tambahnya. (M35/g)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar