Selasa, 19 Januari 2010

Mengendus Sumur Minyak Peninggalan Belanda di Maluku

Mungkin tak banyak ditemukan di dunia ini, yaitu sumur minyak yang bertambah secara alami. Lapangan minyak Bula, yang ditemukan sekitar 1896, tercatat pernah menghasilkan lebih dari 16 juta barrel minyak sejak 1919. Yang menakjubkan adalah volume cadangannya cuma sekitar 5 juta barrel. Minyak keluar dari lapisan pasir yang dangkal sekitar masa pleistosin yang terus ’diperbarui’ dari (lapisan) bebatuan yang lebih dalam, yang diperkirakan berusia jutaan tahun. Itulah kutipan dari artikel Richard B Wells dalam National Drillers Buyers Guide (Maret 1997). (Kompas, 16 Juni 2004).

EMPAT TAHUN setelah Kompas menurunkan tulisan di atas, siang ini, Senin 16 Juni 2008, saya memotret sumur-sumur minyak tua peninggalan Belanda itu.

Mesin-mesin surface well pump berdiri mengangkang di atasnya. Satu pompa untuk satu sumur. Mesin-mesin pompa itu bergerak pelan. Ia tampak letih, bertahun-tahun digenjot untuk memompa minyak keluar dari perut bumi.

Dari surface well pump itu, minyak kemudian dialirkan melalui pipa-pipa mungil, yang sebagian juga sudah karatan. Lalu, minyak masih perlu disuling lagi, agar kadar airnya berkurang, sebelum dialirkan menuju tangki-tangki di dermaga Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku.

Sumur-sumur tersebut dalamnya hingga 400-an meter. Sumur dangkal.

Saya berjalan ke arah laut. Di pinggir pantai, anak-anak kampung bermain-main di area sumur yang dipagari kawat besi itu. Dua buah sumur yang masih berproduksi berada dekat dengan perkampungan. Wow! Sumur minyak tak ubahnya sumur air saja, gumam saya dalam hati.

Rumah-rumah beratap seng yang sudah karatan, dan berdinding papan, berhimpitan dalam perkampungan tersebut. Sampah berserakan di sekitarnya. Tak jauh dari situ berdiri sebuah pasar tradisional yang tak begitu luas.

Ada belasan sumur yang berproduksi setiap hari. Sebagian terletak di garis pantai, dan sebagian lainnya di daratan “kota” Bula.

Dalam catatan BP Migas, tiap tahun sumur-sumur yang dikelola oleh perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Kalrez Petroleum itu hanya menghasilkan 180.000 barel, atau 493 barel per hari. Angka produksi yang minim, bukan?

Kalrez mulai beroperasi di Bula sejak tahun 1999. Mereka mengakuisisi Bula Block PSC, ladang minyak seluas 35 km2 itu, dari Santos Limited.

Ladang minyak lainnya yang ada di Bula berada di daratan agak tinggi. Sumur Oseil, namanya, dikelola oleh Citic Seram Energy Limited (CSEL), dan merupakan pengembangan dari Bula Block PSC tersebut. Perusahaan asal Cina itu baru dua tahun menjadi operator lapangan minyak Bula Non Block PSC.

Sebelum CSEL masuk ke Bula, sampai dengan tahun 2006 lapangan minyak Bula Non Block PSC tersebut dikelola oleh Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (Kufpec).

Kini, CSEL tengah mengembangkan ladang minyak tersebut. Survey Seismic 2D sedang berlangsung di sana. Kegiatan eksplorasi ini melibatkan pekerja lokal warga di Seram Bagian Timur dan Maluku Tengah.

Meskipun sudah lebih dari 16 juta barel minyak tersedot dari perut bumi Bula -sejak ditemukan pada abad ke-19- namun kemiskinan di daerah itu belum teratasi.

Mayoritas penduduk Bula yang muslim, berharap pemisahan wilayah mereka dari Maluku Tengah dua tahun silam, bakal membawa perubahan besar bagi kesejahteraan mereka. Di bawah nama kabupaten baru, Seram Bagian Timur, warga Bula menyandangkan impian kemakmuran mereka, sebagai daerah penghasil minyak bumi di Provinsi Maluku.

Filed under: CATATAN dari SEISMIC SURVEYS ,


http://kenzidane.wordpress.com/2008/06/16/perjalanan-ke-sumur-minyak-tua-peninggalan-belanda/

1 komentar: