Selasa, 19 Januari 2010

India Sangat Kecewa Terhadap Negara Penghasil Minyak


India hari Sabtu menyerang negara-negara penghasil minyak dan negara-negara maju karena kurangnya keprihatinan mereka terhadap negara-negara berkembang, yang prospek pertumbuhannya berkurang akibat kenaikan harga minyak global.

Dengan menyuarakan kekecewaan yang mendalam, Menteri Keuangan India P Chidambaram mengecam secara terbuka negara-negara penghasil minyak karena tidak melakukan upaya-upaya yang memadai untuk menstabilkan harga bahan bakar yang melampaui 50 dolar per barel selama hampir enam bulan tersebut.

"Sebagai negara berkembang, saya harus menyuarakan kekecewaan saya yang mendalam karena negara-negara penghasil minyak, dan negara-negara maju lainnya, menunjukkan sedikit keprihatinan terhadap beban akibat harga minyak yang tinggi yang terletak pada upaya pembangunan kami," katanya dalam pidatonya pada pertemuan tingkat Menteri Komite Moneter dan Keuangan Internasional pada Dana Moneter Internasional(IMF) di sini.

"Tetapnya harga minyak yang tinggi merupakan resiko pertumbuhan di negara-negara pengimpor utama minyak seperti India, China dan AS", katanya.

"Pengharapan pada saat ini adalah bahwa harga minyak mungkin tetap tinggi dan mudah berubah dalam jangka menengah, karena tuntutan yang meningkat, yang menyempitkan kapasitas yang berlebih dan kerentanan keseluruhan untuk guncang," tambah Chidambaram.

Ia menyerukan kemitraan negara-negara maju dan berkembang dalam organisasi-organisasi internasional dan pendistribusian kembali kekuatan voting di IMF serta badan-badan internasional lainnya.

Chidambaram meminta IMF untuk mencocokkan dengan mandatnya dalam nasehatnya kepada negara-negara dan tak bertindak di luar itu.

Chidambaram mengatakan tahap perluasan ekonomi global saat ini dibantu oleh tingkat inflasi yang tak berbahaya pada kebanyakan negara, khususnya negara-negara industri.

Tetapi, terdapat resiko turun yang kuat yang berasal dari harga minyak yang memberatkan, memperkuat harga komoditas non-minyak global dalam manajemen moneter yang sedang dihadapi oleh beberapa ekonomi pasar yang muncul (EME) dalam mengatasi pemasukan besar cadangan devisa, katanya.

Defisit fiskal dan hutang publik di banyak negara industri tak hanya terus tinggi, tetapi juga meningkat dalam beberapa kasus, kata Chidambaram.

Kemajuan dalam konsolidasi fiskal selama 2004 tak cukup. Apa yang mengkhawatirkan adalah bahwa prospek konsolidasi selama 2005 juga tak tampak membesarkan hati, katanya.

Chidambaram mengatakan perlunya kewaspadaan ekstra untuk mengatasi peningkatan tajam dalam suku bunga, karena ini akan mengganggu yang tak hanya pertumbuhan yang cepat di negara-negara berkembang tetapi juga berakibat tak stabil di beberapa pasar negara maju. (*/lpk)


http://www.kapanlagi.com/h/0000059573_print.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar