Minggu, 17 Januari 2010

Potensi Ekonomi Migas Irak



Potensi Ekonomi Migas Irak

Oleh: Bachrawi Sanusi

MUNGKIN pembaca terutama yang beragama Islam merasa kesal sekiranya pemerintah tidak bereaksi keras terhadap Bush yang semakin nampak kecurangannya terhadap Irak. Masalahnya banyak rakyat di dunia yang mengecam niat buruk dari Bush yang memanfaatkan tentara AS untuk menyerang negara yang kaya akan minyak itu.

Di banyak negara, terutama yang ada umat Islamnya terus terjadi unjuk rasa ke berbagai kedutaan AS. Bahkan bangsa Amerika Serikat, termasuk tokoh-tokoh politik, hukum dan veteran AS melakukan kecamanan terhadap presidennya . Penulis lebih suka mengatakan, serangan yang mungkin akan dilakukan tentara AS, sebenarnya hanya karena kepentingan pribadi Bush yang nenek moyangnya hingga pada Bush masih tetap ingin menguasai migas dunia.

Jika Kuwait dan Qatar bahkan Arab Saudi sudah bisa dijadikan "bebek" demi kepentingan bisnis migasnya, maka yang masih menjadi penghalang terbesar bagi Bush adalah Saddam Hussein yang tidak mampu dijatuhkan.

Warga Amerika Serikat banyak yang tahu mengenai kecurangan dari Bush. Terutama dengan adanya penghitungan ulang jumlah pemilik presiden AS di Florida. Ini suatu cermin karena tingkah laku Bush selalu curang.

Alasan yang kuat lagi Bush untuk menyerang Irak, karena Irak dianggap masih menyimpan senjata pembunuh massal. Yang menjadi tanda tanya, yang juga harus menjadi bahan pertimbangan PBB, jika Irak tidak boleh mempunyai senjata yang dianggapnya sebagai pembunuh massal, mengapa AS, Inggris, Rusia, Prancis, Jerman dan lain-lain memiliki persenjataan pembunuh massal tidak dilucuti atau dilarang.

Bahkan bom atom AS membunuh jutaan bangsa Jepang di Nagasaki dan Hiroshima. Amerika Serikat sejak lama sudah menjadi gurunya teroris internasional.

Pemerintah dan DPR Indonesia harusnya berpikir apa ada berita bahwa teroris melakukan penjajahan di berbagai negara. Justru AS, Inggris dan lain-lain banyak jajahannya. Termasuk Indonesia belasan tahun dijajah. Penjajah selalu berusaha agar Indonesia menjadi "bebek-bebek" AS dan sekutunya yang paling setia.

Oleh karena itu kecurangan Bush terpusatkan pada tuduhan Irak ada kaitannya dengan teroris. Walau hingga kini belum ada bukti jelas apakah yang menghancurkan gedung WTC di AS adalah teroris Arab atau teroris AS yang memanfaatkan orang-orang Arab.

Dalam kaitannya dengan keinginan keras Bush untuk menyerang Irak, penulis ingin menyampaikan potensi ekonomi migas Irak.

Potensi ekonomi migas Irak inilah yang menjadi sasaran utama untuk memperkaya Bush beserta keluarganya, sekiranya Saddam Hussein berhasil dijatuhkan atau dibunuh.

Potensi Migas Irak

Setelah perang Oktober 1973 di Timur Tengah antara Israel dengan Mesir dan Syria yang dibantu oleh negara-negara pengekspor minyak yang melakukan embargo terhadap AS dan sekutunya, maka ekonomi dan moneter Irak bangkit. Sayangnya uang minyak Irak yang melimpah itu telah berhasil dimanfaatkan oleh Soviet. Oleh karena itu tidak mungkin Irak mempunyai persenjataan perang yang hebat, atau senjata pembunuh massal yang besar, sekiranya tidak dipasok terutama oleh Soviet.

Organisasi OPEC makin kuat, dan Kissinger menlu AS waktu itu ingin membubarkannya, namun justru makin kuat. Oleh karena itu cara yang tepat merongrong OPEC dengan cara mengadu domba antarpendiri OPEC pada bulan September 1960 di Baghdad, ialah Irak, Iran, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. Keberhasilan pihak AS mengadu domba terjadilah perang antara Irak dan Iran yang berkepanjangan dari tahun 1980 hingga tahun 1988.

Kemudian perang Irak menduduki Kuwait bulan Agustus 1990 yang berakhir Irak hingga kini terkena embargo. Perang yang terakhir ini pihak AS semakin kuat dukungannya dari negara-negara Arab pengekspor minyak seperti Kuwait, Qatar dan juga Arab Saudi.

Perang di Timur Tengah selalu berakibat harga minyak dunia melonjak tinggi yang semula hanya di bawah US$ 2,50 per barel hingga bulan September 1973, kemudian terus meroket menjadi puluhan US$ per barel. Harga minyak tinggi juga sangat menguntungkan para pengusaha migas negara maju/ industri khususnya para pengusaha migas AS seperti pengusaha migas Bush dan keluarganya.

Juga keuntungan dari adu domba antara Irak dan Kuwait, secara otomatis menghancurkan gudang devisa Soviet yang berada di Irak, akibatnya bubarlah Soviet. Tanpa AS dan sekutunya menyerbu Soviet, ternyata kekuatan Soviet dan komunis dunia habis berantakan. Tidaklah heran jika dewasa ini Rusia yang bekas Soviet selalu tidak berani menantang kembali AS dan sekutunya.

Ekonomi dan moneter Irak setelah terkena embargo PBB berantakan apalagi bila Bush nekat menyerang . Data yang penulis terima dari IEA/OECD , cadangan (proven reserves) minyak mentah dunia pada bulan Januari 1995 diperkirakan mencapai jumlah sekitar 999,8 miliar barel. Cadangan itu termasuk minyak mentah Irak sekitar 10% nya atau hampir 100 miliar barel.

Menurut pemerintah Irak cadangan minyak mentahnya mencapai 112 miliar barel. Produksi minyak mentahnya sebelum terkena embargo bisa mencapai hampir 3,5 juta barel per hari. Tetapi sekarang atas kebijakan PBB produksi minyak mentah Irak hanya sekitar 1,75 juta barel per hari (Mei 2002). Sedangkan kapasitas produksinya walau masih dalam keadaan tidak tersedianya dana masih sebanyak 2,8 juta barel per hari.

Dilihat dari jumlah cadangan terbukti gas bumi Irak pada tahun 1994 sekitar 3,1 triliun meter kubik atau 2,1% nya dari cadangan gas bumi dunia. Dilihat dari jumlah GDP/Gross Domestic Product (PDB/Produk Domestik Bruto) Irak pada tahun 1971 sebesar US$ 44,896 juga dan pendapatan per kapitanya US$ 4.605. Pada tahun 1974 GDP-nya naik menjadi US$ 51.659 juta dengan pendapatan perkapitanya US$ 4.796.

Pada tahun 1979 GDP-nya terus naik menjadi US$ 104.620 juta dengan pendapatan per kapitanya US$ 8.161 juta. Jumlah ini tertinggi selama sejarah ekonomi dan moneter Irak. Oleh karena Irak mulai berhasil diadudomba pihak AS dan juga Soviet dengan Irak dan terjadi perang antara tahun1980-1988, maka GDP Irak terus merosot tajam hingga sekarang setelah terkena embargo.

Pada tahun 1988 GDP Irak menjadi US$ 39.332 juta dan pendapatan per kapitanya US$ 2.280.

Setelah terkena embargo PBB, maka pada tahun 1991 GDP Irak merosot terus hanya mencapai nilai US$ 14.475 juta dan pendapatan per kapitanya hanya US$ 780. Pada tahun 1993 GDP-nya hanya mencapai US$ 11.580 juta dan pendapatan per kapitanya hanya US$ 595.

Merosotnya GDP Irak itu karena merosotnya produksi minyak mentahnya akibat embargo. Misalnya pada tahun 1971 produksi minyak mentah Irak sebesar 1.686; tahun 1974 sebesar 1.970; tahun 1979 jumlah produksi minyak mentah Irak menjadi 3.475; tahun 1988 turun menjadi 2.639; tahun 1991 hanya 297; tahun 1993 hanya 483, masing-masing dalam ribuan barrel per hari.

Jadi jelas minyak dan juga gas bumi Irak sebagai potensi ekonominya yang utama, layak jika Bush semakin berambisi untuk berusaha menyerang Irak, agar Bush bisa mengangkat "bebek" baru pimpinan Irak yang baru seperti di Afghanistan.(18).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar